Alkisah, lima belas tahun silam hiduplah seorang gadis belia yang duduk di bangku kelas 3 sebuah SMA Negeri di salah satu kecamatan di Kabupaten Buton. Tak seperti teman-temannya yang ceria, ia justru terlihat murung dan sedih. Apakah gerangan penyebab awan hitam di wajah gadis belia tersebut? Bukan, bukan karena nilainya di sekolah bermasalah, bukan pula karena patah hati lantaran ditinggal orang tercinta, tak lain karena ia sedang stres memikirkan rambutnya yang sudah berbulan-bulan rontok.
Di rumahnya, tak terhitung banyaknya helai rambut yang berceceran di lantai. Di bantal saat bangun tidur, di bawah ranjangnya, di sisir, di kamar mandi, di ruang tv, di teras. Kata kasarnya, di hampir semua sudut rumah pasti ada ceceran rambut rontok si gadis belia. Bahkan saking parahnya, di bawah kursinya di sekolah kerap terlihat beberapa helai rambut miliknya. Ia merasa ceceran rambut rontok itu bagai bayangan yang selalu mengikuti kemana ia pergi.
Hari Senin kemarin, sebelum ke kantor, terlebih dahulu saya mengantar anak saya, Wahyu, ke sekolah. Saat tiba di sekolah, saya kaget banget melihat pintu pagar sekolahnya tertutup. Setelah bertanya pada beberapa orang yang lewat, barulah saya tahu ternyata hari itu siswa kelas satu sampai kelas lima Madrasah Ibtidaiyah diliburkan karena anak kelas enam sedang menjalani ujian. Duh, maafkan mamamu yang bahkan tak tahu hal seperti ini, Nak. :(
Dengan wajah tersipu saya tertunduk malu. Saya baru sadar, dan ahaaa saya juga baru ingat kalau ternyata pada bulan April seperti ini siswa-siswi sekolah memang sedang sibuk-sibuknya mengikuti ujian nasional. Yang sekolah dasar bersiap mengikuti ujian agar bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP, yang SMP ke SMA, pun yang SMA ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu Perguruan Tinggi.
 |
pic source: .wikimedia.org |
 |
pic source: pixabay.com |
Minggu lalu atasan saya baru pulang dari Bali. Tiga hari lamanya beliau ada di Bali dalam rangka menghadiri
meeting tahunan bersama kepala cabang kantor lain dari seluruh Indonesia. Alhamdulillah, saat pulang beliau tak lupa membawakan oleh-oleh khas Bali untuk kami semua, hihihi.
Kepergian atasan saya ke Bali tersebut mau tak mau membangkitkan keinginan saya yang sudah lama terpendam untuk liburan ke Bali kembali meluap-luap. Memang sudah sejak lama saya memimpikan menginjakkan kaki di pulau Dewata ini. Bila dihitung-hitung, mimpi itu sudah ada sejak tahun 2007 lalu namun sayangnya hingga tahun 2018 ini belum terwujud juga, hiks :(